Published Tuesday, July 10, 2012 Pada tanggal 28-29 Juni 2012, untuk pertama kalinya, profesi perawat atau disebut sebagai Ners menyelenggarakan Pelatihan Standard Setting untuk para judges baru uji kompetensi Ners. Acara yang bertempat di Hotel Atlet Century Park, Jakarta ini merupakan salah satu program dari Proyek HPEQ (Health Professional Education Quality) yang dalam hal ini diampu oleh komponen 2 Proyek HPEQ. Komponen 2 Proyek HPEQ mempunyai fokus kegiatan pada upaya peningkatan sistem ujian. Dalam upaya penjaminan mutu sistem ujian ini salah satunya dilakukan melalui proses penetapan batas lulus (standard setting). Mengingat status ujian nasional sebagai ujian yang bersifat high stake exam dan menentukan seseorang apakah dapat melakukan profesinya, penetapan batas lulus ini harus adil dan dapat dipertanggungjawabkan. Kegiatan Pelatihan Standard Setting Ners 2012 bertujuan untuk menyiapkan judges dalam uji kompetensi ners di Indonesia. Acara kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mengenai materi standard setting dan lesson learned dari Komite Bersama Uji Kompetensi Dokter Indonesia (KB UKDI). Acara yang dihadiri oleh sekitar 32 orang dari perwakilan institusi pendidikan keperawatan ini, juga mengajak para peserta untuk berdiskusi mengenai pengertian borderline dan kriteria judges untuk uji kompetensi Ners Indonesia dengan dipandu oleh 5 orang fasilitator. Dalam pelatihan standard setting ini juga dilakukan penilaian terhadap buku soal yang digunakan pada try out uji kompetensi Ners tahun lalu (2011). Lesson learned dari pelatihan ini diharapkan dapat membuka wawasan calon judges ners lebih luas, dan menyiapkan tiap institusi atas pelaksanaan uji kompetensi ners dengan standar nasional. Jika sistem assesment baik, diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan Ners.(Mush) Sumber: Dikti Nurvita Indarini - detikNews Jakarta Siapa menabur perbuatan, maka dia akan menuai kebiasaan. Siapa yang menabur kebiasaan maka dia akan menabur karakter. Nah, dalam hidupnya penulis kenamaan Stephen Covey sempat menuliskan 7 kebiasaan untuk sukses. Apa saja? Michael Gray merangkum buku The 7 Habits of Highly Effective People dan diterjemahkan bebas oleh Sumargi Rahardjo. Gray menyebut Covey melalui buku tersebut mempromosikan inspirasinya yang disebut 'etika karakter' yang berdasarkan prinsip dan tata cara memimpin, serta mengabaikan prinsip 'etika kepribadian' yang memberikan sinyal kepalsuan dan ambiguitas. Karakter bagi Covey merupakan gabungan kebiasaan-kebiasaan manusia. Kebiasaan ini memang sulit diubah, namun bisa diubah jika ada komitmen yang bersungguh-sungguh. Kebiasaan (habits) yang baik merupakan persinggungan antara pengetahuan (knowlegde), keahlian (skill) dan keinginan (desire). Berikut ini 7 kebiasaan menuju sukses dalam buku yang telah diterjemahkan dalam 38 bahasa tersebut: 1. Be Proactive Jadilah proaktif yang menjadi kendali seseorang terhadap lingkungan dibanding situasi sekeliling yang mengendalikanmu. Nah, konsekuensi dari tindakan yang diambil manusia diatur dengan hukum alam. Terkadang manusia membuat pilihan dengan konsekuensi negatif yang kemudian disebut dengan kesalahan. Manusia tidak bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki tindakannya. Sehingga perlu pendekatan proaktif atas kesalahan yang dilakukan yaitu dengan mengakuinya secara langsung, mengoreksi, dan belajar dari kesalahan tersebut (bertanggung jawab). Alih-alih lengah terhadap keadaan, orang yang proaktif malah mengambil alih keadaan. 2. Begin with The End in Mind Mulailah dengan tujuan akhir di pikiran. Dengan melakukan hal ini maka seseorang dapat berkonsentrasi dan mempertimbangkan segala konsekuensinya sebelum bertindak, sehingga dapat produktif dan berhasil. Dengan berpikir tujuan akhir dalam pikiran, maka yang dilakukan seseorang pertama-tama adalah merancang tindakan dalam pemikirannya. Setelah itu melakukan apa yang dirancangkannya secara fisik. 3. First Things First Dahulukan yang utama. Hal-hal penting harus mendapat prioritas dalam kehidupan. Nah, mendahulukan yang utama ini merupakan prinsip manajemen pribadi. Setelah memprioritaskan sesuatu di mana ada tujuan jangka panjang, pendek, dan mendesak, maka perlu dilakukan pengelolaan di sekitar prioritas. Selanjutnya mendisiplinkan diri sendiri. Evaluasi juga diperlukan untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan sudah sesuai dengan nilai karakter yang diinginkan. Selain itu juga apakah mendorong semakin dekat pada sasaran, serta memperkaya peranan dan hubungan yang diuraikan dalam kebiasaan. 4. Win-win Berpikir menang-menang. Karena sasaran bergantung kepada hubungan dan kerja sama dengan orang lain, maka semua pihak perlu mendapat bagian yang adil dan menguntungkan. Sebenarnya menang-menang adalah salah satu dari total enam filosofi interaksi manusia. Lima lainnya adalah menang-kalah, kalah-menang, kalah-kalah, menang, dan no deal. Model yang sangat sesuai adalah bergantung pada situasi. Bila situasi adalah tertinggi, maka menang-menang adalah alternatif yang layak. Karakter merupakan pondasi dari berpikir menang-menang. Sedangkan hubungan adalah fokus dari model ini. Persetujuan prestasi atau kerja sama atas kongsi memberikan definisi dan arahan menuju menang-menang. Dalam model ini, sistem imbalan merupakan elemen kunci. Sama-sama menang bukanlah teknik kepribadian, melainkan paradigma total dari interaksi manusia. Dengan mengutamakan keuntungan bersama dan tidak bertindak curang maka dapat bertindak efektif dalam mencapai tujuan bersama. 5. Seek First to Understand Then to be Understood Berusaha mengerti dulu, baru minta dimengerti. Dalam hal ini, komunikasi menjadi bagian penting. Jika orang lain tidak percaya kepada Anda, maka mereka (tidak) percaya jika Anda bilang mengerti mereka. Untuk itu keahlian mendengar dengan empati harus dibangun pada karakter yang menginspirasikan keterbukaan dan kepercayaan. Mendengar dengan empati adalah mendengarkan dengan seksama. Gunanya untuk mengetahui kerangka referensi dan perasaan orang lain. Maka itu pada saat mendengarkan, tidak hanya telinga yang digunakan, tetapi juga mata dan hati. Dengan begini maka seseorang akan keluar dari sikap egois. 6. Synergy Mewujudkan sinergi atau kerja sama yang kreatif. Sinergi dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan atas tujuan bersama. Intisari sinergi adalah menghargai perbedaan mental, emosional dan psikologis satu sama lain. Karena sinergi adalah tentang menghargai perbedaan untuk saling menunjang, maka galilah potensi dan kebaikan konstribusi orang lain. Semakin kuat sinergi dalam suatu tim, maka diyakini hasil yang dicapai akan lebih besar dan lebih efektif. 7. Sharpen the Saw Asahlah gergaji. Kebiasaan ini merupakan pembaharuan diri dalam bentuk spiritual, mental, fisik dan sosial atau emosional. Dengan pembaharuan ini maka seseorang bisa lebih cepat dan tanpa kesulitan dalam bekerja. Seorang yang efektif akan senang dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri. Tujuannya adalah agar lebih produktif dalam bekerja. Seperti apa yang diajarkan Goethe, "Perlakukan seorang manusia sebagaimana ia adanya dan ia akan akan tetap seperti apa adanya. Perlakukan seorang manusia sebagaimana ia bisa dan yang seharusnya dan ia akan menjadi yang ia bisa dan seharusnya." (vit/nrl) Sumber: Detik.com (Cybersulutnews.com)
....... Lanjutnya, selain kegiatan diatas, kegiatan sosial lainnya meliputi Latihan Penangulangan Bencana gabungan TNI-Sipil dan kru USNS Mercy yang turut pula dibantu 300 perawat dari Unklab, Simposium Tanggap Bencana dengan BPBD diikuti 75 peserta di Dinkes Sulut, Kegiatan Opthalmology dengan Unsrat dan RSUP Kandow diikuti 80 peserta, Pegobatan di Siau, Sangihe dan Talaud diikuti 205 peserta. ........ --------------------------------------------------- USNS Mercy Berhasil Obati 7217 Pasien Sulut (beritamanado.com) ........ Untuk kegiatan sosial lainnya yang meliputi latihan penangulangan bencana gabungan TNI-Sipil dan personil USNS Mercy yang turut pula dibantu 300 perawat dari Unklab, simposium tanggap bencana dengan BPBD diikuti 75 peserta di Dinkes Sulut, Kegiatan Opthalmology dengan Unsrat dan RSUP Kandow diikuti 80 peserta, Pegobatan di Siau, Sangihe dan Talaud diikuti 205 peserta. ......... --------------------------------------------------- UPACARA PENUTUPAN PACIFIC PATNERSHIP 2012 GIAT PACIFIC PATNERSHIP SANGAT MEMBANTU MASYARAKAT SULUT (http://info.tnial.mil.id) ........... Keempat, kegiatan sosial lainnya yang meliputi: Latihan penanggulangan bencana gabungan TNI-Sipil dan kru USNS Mercy dibantu 300 perawat dari Universitas Klabat (Unklab) Manado, Simposium tanggap bencana dengan BPBD diikuti 75 peserta di Diknas Sulut, Kegiatan Opthalmology dengan Unversitas Sam Ratulangi (Unsrat) dan RSUP Kandow diikuti 80 peserta, Pengobatan di Siau, Sanghie dan Talaud diikuti 205 peserta, Pelaksanaan proyek dengan Pekerjaan Umum mengenai Seismic Construction and Post Damage Assessment diikuti 50 peserta, Pelatihan kesehtan yang dilakukan para dokter Indonesia dan dokter dari USNS Mercy, Konser band USNS Mercy di Mantos Manado, Tahuna dan Unklab ............ Mukadimah
Berkat bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan tugas pengabdian untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan tanah air, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menyadari bahwa perawat Indonesia yang berjiwa pancasila dan UUD 1945 merasa terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam bidang keperawatan dengan penuh tanggung jawab, berpedoman kepada dasar-dasar seperti tertera di bawah ini: Perawat dan Klien 1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial. 2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien 3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan 4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Perawat dan Praktik 1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus 2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. 3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain 4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku professional Perawat dan Masyarakat 1. Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat. Perawat dan Teman Sejawat 1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh 2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal. Perawat dan Profesi 1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan 2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan 3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi. Sumber: PPNI Friday, 13 July 2012 05:54 PPNI - Majelis Tinggi Kesehatan Indonesia (MTKI) telah mengeluarkan edaran terbaru terkait dengan Permenkes 1796/Menkes/Per/VIIII/2011 tentang Registrasi Tenaga kesehatan khususnya terkait dengan Uji Kompetensi. Surat yang ditujukan kepada Ketua-Ketua MTKP seluruh indonesia itu memaparkan tentang bagaimana proses pelaksanaan uji kompetensi. Sumber: PPNI
|